Join RevolverNC's empire

Jumat, 11 Maret 2011

Alur Sejarah Pembentukan Big Band Jazz

[NC11-AM]
Big Band
Sebenarnya cukup sulit untuk menentukan kapan sejak kapan tradisi big band telah dimulai. Apakah saat munculnya musik gaya New Orleans atau pada saat era Swing. Komposisi ‘The Chant’ milik Jelly Roll Morton & Red Hot Peppers yang direkam pada tahun 1926 memang merupakan jejak big band meskipun idiomnya masih sangat terasa mereka memainkan gaya New Orleans. Begitu juga dengan apa yang dilakukan oleh King Oliver pada tahun 1929 dengan nama The Orchestra, meskipun hal tersebut hanya perubahan dari sebuah group New Orleans menjadi sebuah band Swing.

Peralihan ini akan lebih jelas lagi dengan hadirnya Fletcher Henderson. Sejarah big band benar-benar mulai bersamanya ketika dia memimpin kelompoknya dari awal dekade 1920an sampai tahun 1938. Sepanjang sejarah musik jazz sampai sekarang telah banyak dikenang orang kelompok big band seperti Fletcher Henderson, Benny Goodman, Chick Webb, Woody Herman, Stan Kenton, Count Basie, Gil Evans, George Russell, Charles Mingus, Sun Ra, Carla Bley dan lain-lain. Selain itu, jelaslah Duke Ellington. Ada perhatian yang lebih komprehensif lagi kalau kita menyinggung Duke Ellington (sebenarnya lebih menarik jika dibuatkan topik tersendiri mengenai musisi jazz besar yang satu ini). Alasannya adalah karya-karyanya dan semangatnya hampir melingkupi semua wilayah dalam sejarah big band dalam musik jazz.

Pada awalnya, Fletcher Henderson memainkan sejenis musik yang sedikit berbeda dengan apa yang ada di New Orleans pada waktu itu. Antara tahun 1925 sampai 1928 Henderson menamai kelompok tersebut dengan Dixie Stomper. Sedikit demi sedikit kelompok tersebut mulai mengadakan perubahan formasinya dengan melakukan pengelompokan jenis instrumen yang digunakannya. Dari titik tersebut, bagian-bagian tersebut manjadi salah satu karakter big band klasik. Di antara pada bagian pertamanya adalah para pemain klarinet yang biasanya terdiri dari 3 orang. Hal ini juga dijumpai dalam kelompoknya Morton maupun Ellington. Pada perkembangannya Henderson memulainya dengan 9 / 10 (meskipun sekarang orang sejumlah tersebut masih dapat dikatakan sebagai combo, namun yang diungkapkan pada masa itu memang menjadi “sesuatu yang besar”) personil atau lebih orang untuk membuat karya ensemble yang khas atas perpaduan bagian-bagian trumpet, trombon dan saxophone secara terpadu.
Big Band Jazz
Fletcher Henderson (meninggal pada tahun 1954) bukanlah orang seperti Duke Ellington di mana Ellington ikut mengembangkan evolusi sejarah musik jazz. Henderson dapat disebut sebagai pengikut karena tanpa ikut memberikan format maupun kandungan terhadap trend yang sedang ada. Namun dia adalah seorang aranser yang hebat sepanjang era jazz tradisional menurut beberapa ahli. Dia bersama Ellington tahu betul bagaimana menulis komposisi untuk big band termasuk improvisasi di dalamnya dengan meyakinkan. Bersama big bandnya dia membuat aransemen karya-karya Jelly Roll Morton, King Oliver dan The Original Dixieland Jazz Band ditampilkannya ulang dengan lebih segar. Beberapa para solois yang pernah bergabung dengan Henderson banyak yang menjadi tokoh-tokoh penting dalam sejarah jazz. Mereka antara lain Don Redman, Benyy Carter, Coleman Hawkins, Ben Webster, Chu Berry (saxophone), Buster Bailey (klarinet), Tommy Ladnier, Rex Stewart, Red Allen, Roy Eldridge, Joe Smith (trumpet), Jimmy Harrison, Charlie Green, Benny Morton (trombone), Sid Catlett (drum) dan lain-lain. Urutan kelompok big band yang mengikuti kesuksesan Henderson adalah Benny Goodman Big Band. Serta tidak kalah suksesnya kelompok Tommy & Jimmy Dorsey Big Band, Bob Crosby, Charlie Barnet dan Artie Shaw Big band.

Karena permainan Benny Goodman big band lebih jernih, intonasi yang jelas dan presisi dibandingkan dengan kelompoknya Henderson menjadikan kelompok ini sebagai simbol Swing. Dimana Benny Goodman sendiri dianggap sebagai The King of Swing. Sebenarnya pada awalnya, Fletcher Henderson sendiri membantu Benny Goodman untuk membuat aransemen untuk kelompoknya sehingga pernah Benny Goodman big band dicap bagian dari bandnya Henderson meskipun banyak juga musisi yang terlibat di dalamnya juga jago membuat aransemen. Seperti Eddie Sauter dimana dia membuat aransemen yang menarik dengan tidak saja membuat per bagian dari kelompok tersbut sebagai perimbangan yang harmonis, namun malah menjadikan satu semua kelompok atau membaurkan dan mengkombinasikan instrumen dari kelompok yang berbeda sesuai dengan alur musiknya. Bagian rhythmnya pun dimasuki dengan unsur-unsur ritmik dari luar beat swing. Para musisi yang menonjol yang pernah bergabung dengan Benny Goodman antara lain Harry James, Ziggy Elman, Cootie Williams (trumpet), Gene Krupa (drum), Jess Stacy, Teddy Wilson (piano) dan Lionel Hampton (vibraphone). Salah satu catatan penting juga yang terjadi dalam kelompok big bandnya Benny Goodman itu adalah musisi kulit hitam dan kulit putihnya dapat bermain bersama-sama dan tampilnya mereka di Carnegie Hall pada tahun 1938 di mana musik jazz mulai dianggap sebagai salah satu “musik serius”.

Fletcher Henderson tidak saja mempengaruhi para pemimpin big band kulit putih, namun pengaruhnya juga sampai di Harlem New York (di distrik itu ada Savoy Ballroom) di mana waktu itu juga merupakan sentral musik jazz selain di News Orleans. Sebutan “Harlem Band” itu sendiri sudah menjadi standar kualitas band macam apa. Termasuk banyak musisi jazz terkemuka kulit hitam yang tinggal di situ. Muncul pula tokoh-tokoh seperti Cab Calloway, Chick Webb, Jimmie Lunceford sampai Count Basie, tentunya dengan kelompok big bandnya masing-masing. Diantara beberapa nama tersebut, Count Basielah yang paling sukses memimpin big bandnya. Ada keuntungan di mana Count Basie berasal dari Kansas City yaitu rumusan musik bluesnya kuat dan dapat mengembangkannya sehingga dia dapat memberikan substansi dengan karyanya dengan kekuatan blues. Basie memimpin big bandnya sejak 1935 dengan beberapa periode istirahat. Pada dekade 1930an dan 1940an dia menekankan untuk memunculkan para solois yang hebat. Mereka antara lain adalah Lester Young, Hershel Evens (saxophone), Harry Edison, Buck Clayton (trumpet), Benny Morton, Dickie Wells dan Vic Dickenson (trombone). Pada era selanjutnya dia menggandeng Joe Newman, Thad Jones (trumpet), Frank Foster, Frank Wess, Eddie Lockjaw Davis(saxophone) dan masih banyak lagi. Pada tahun 1970an Basie lebih sering tampil bersama combonya. Banyak peristiwa penting dunia terjadi pada masa itu. Antara lain Perang Dunia II meletus dan resesi ekonomi di Amerika Serikat. Berkaitan dengan hal tersebut sebagai akibatnya, karya-karya kelompok big band yang berorientasi sebagai pengiring dansa semakin berkurang. Ada sesuatu dalam proses perubahan. Para penulis, aransir dan pemimpin big band sedang mengembangkan pola artistik sebagai tujuannya yang membuat mereka keluar dari kelaziman musik populer.

Dizzy Gillespie mendirikan big band eksperimen yang hasilnya lebih baik lagi. Setelah permulaan kejatuhannya pada tahun 1945, sebuah kelompok baru didirikan pada awal tahun 1946 dengan dukungan para penulis yang inovatif seperti Gil Fuller, Tadd Dameron, George Russell dan John Lewis. Serta pernah juga didukung oleh para musisi rising star pada masa itu, seperti Lee Morgan, Phil Wood, Benny Golson dan Wynton Kelly. Kelompok ini sukses dalam mentransfer gaya be bop ke dalam sebuah bentuk ensemble yang besar (big band). Termasuk pula gaung “progresif” big band-nya Stan Kenton adalah sebagai contoh utama. Pada waktu itu hal yang biasa terhadap para pendengar musik jazz tetapi tidak suka dengan big band-nya Stan Kenton. Contohnya, komposisi karya Bob Graettinger ‘City Of Glass’, yang direkaman pada tahun 1951 dengan inovasi dan modifikasi yang termasuk di dalamnya pemakaian alat french horn dan bagian alat gesek yang banyak orang memainkannya sampai sekarang tetap menjadi sebuah pengelaman mendengarkan musik jazz yang sangat mengesankan. Pada umumnya, karya-karya Kenton merupakan sebuah penilaian bakat dan intepreatasi yang cerdas antara pemain (Art Pepper, Shelly Mann, Maynard Fergunson, Frank Rosalino, Lee Konitz, Zoot Sims, Mel Lewis) dan penulis lagu (Pete Rugolo, Shorty Rogers, Bob Graettinger, Gerry Mulligan, Bill Russo, Bill Holman) dan dukungan yang lainnya. Selain Duke Ellington dan Count Basie, banyak kritisi jazz juga mengamati perkembangan gaya permainan big band-nya Woody Herman. Ketika kelompoknya Herman yang namanya First Herd bubar pada tahun 1946, para

pendengar musik jazz sedih karena merasa kehilangan. Meskipun dalam waktu kurang dari satu tahun berikutnya, Herman mengumpulkan kembali kelompoknya dengan diberi nama Second Herd. Di dalam kelompok tersebut ternyata ada sebuah fragmen / salah satu bagian pemain yang menjadi terkenal dengan sebutan The Four Brother. Mereka termasuk Stan Getz, Zoot Sims, Al Cohn, Serge Chaloff, Red Rodney, Gene Ammons, Milt Jackson, Terry Gibbs dan Oscar Pettiford dalam beberapa kesempatan selama 2 tahun keberadaannya. Kemudian pada tahun 1950 membuat Third Herd selain Woody Herman memimpin sebuah combo pada akhir dekade 1950an. Di tahun 1960, dia meloncat kembali dengan kelompoknya The Other Herd yang termasuk menampilkan Nat Pierce, Phil Wilson, Sal Nastico dan Jake Hanna.

Pada tahun 1949 terlihat ada tiga pemimpin big band yang menonjol, yaitu Benny Goodman, Artie Shaw dan Charlie Barnet yang kesemuanya dalam kemasan trend baru. Benny Goodman denngan kelompok barunya yang didukung Wardell Gray, Doug Mettome, George Russell dan lainnya selain menampilkan pemain-pemain berbakat seperti Jimmy Raney, Zoot Sims, Al Cohn, dan Don Fagerquist. Demikian juga dengan big band-nya Charlie Barnet yang sebagai tampilan utamanya adalah di bagian peniup trumpet yang didukung oleh Maynard Ferguson, Doc Severinsen dan Rolf Ericson. Aransemen-aransemen tersebut dikerjakan oleh Gil Fuller, Manny Albam dab Paul Villepique. Semua kelompok big band petualang ini cukup dikenang orang namun usianya tidak panjang, meskipun ketiga pemimpin big band ini melanjutkan memainkan ensemble dalam bentuk yang besar di waktu-waktu selanjutnya. Meskipun banyak big band baru bermunculan. Musisi lain yang membuat pertunjukannya sebagai benar-benar pertunjukan yang memukau dan banyak menarik penonton adalah Maynard Ferguson dan Buddy Rich. Setelah menghabiskan beberapa tahun sebagai seorang musisi studio untuk produksi film di Hollywood dan musisi pendamping Stan Kenton, Maynard Ferguson membentuk big band di New York yang berjumlah 13 orang pada tahun 1957 dan kelompok ini menjadi salah satu pertunjukan utama dalam penampilannya di panggung sebagai pemain dan penulis lagu. Para pemainnya termasuk Don Ellis, Joe Zawinul, Frankie Dunlop, Don Menza, Joe Farrell, Jaki Byard dan Ronnie Cuber. Sedangkan para penulis lagunya antara lain adalah Slide Hampton, Willie Maiden, Don Sebesky, Mike Abene dan Rob McConnell..

Big band sibuk yang lainnya dan cukup penting adalah sebuah kelompok yang dibentuk oleh Buddy Rich pada tahun 1966 yang meninggalkan posisi yang menguntungkan di dalam big band-nya Harry James untuk bersolo karier. Dibangun dengan keahlian permainan drum Buddy Rich dan sebagaian dengan keahliannya sebagai seorang penghibur, kelompok ini mengkombinasikan permainan yang intens, penulisan yang efektif dan menjadi sebuah atraksi pertunjukan yang populer. The Rich Band akhirnya juga berlalu selain pernah absen sebentar sampai kematian pemain drum itu pada tahun 1987.

Selain itu, ada kecenderungan yang sulit untuk dihindari yaitu dengan kemunculannya banyak big band yang kurang lebih sudah sejak 40 tahun yang lalu telah dimainkan oleh kelompok-kelompok ensemble yang secara eksklusif tampil untuk rekaman. Adanya kesan yang artifisial jika satu-satu cara yang terbaik untuk mendengarkan karya-karya mereka adalah mendengarkan album rekaman di studionya. Mereka antara lain Gil Evans, Gary McFarland, Charles Mingus, Oliver Nelson, Quincy Jones, Bob Brookmeyer, George Russell, Gunther Schuller, Manny Albam, Bill Byers, Billy May, Pete Rugolo, Bill Potts, Marty Paitch, Benny Carter, Henry Mancini, Shorty Rogers, J J Johnson, Lalo Schiffin, John Carisi, Mike Abene, Claus Orgeman dan masih banyak lagi.

Dalam bentuk seni apapun, kemunculan ide-ide atau gagasan “avant garde” hampir selalu paralel dalam perkembangan seni tersebut selain di beberapa kasus mempunyai peran yang reaktif. Termasuk dalam juga apa yang dialami oleh tradisi big band dalam musik jazz. Hal ini seiring dengan perkembangan musik jazz di era 1960an yaitu dengan adanya gaya free jazz.

Kelompok big band dengan gaya free jazz yang paling ternama dan keberadaannya yang paling lama adalah kelompoknya Sun Ra, The Sun Ra Solar Arkestra (meskipun setelah kematian Sun Ra di tahun 1993, kelompok ini juga sempat berlanjut). Cukup mudah untuk mendengarkan pengaruhnya yang ada di dalam penampilan John Coltrane, The Art Ensemble Of Chicago dan yang lainnya. Sun Ra adalah orang yang pertama memulai menggunakan elektrik keyboard dalam musik jazz. Sun Ra memainkan karya-karya klasik Duke Ellington dan Fletcher Henderson jauh sebelum repertoar jazz menjadi gaya yang banyak diminati. Selain memberikan pujian terhadap Sun Ra, ada beberapa hal yang layak dikatakan bahwa representasinya mempunyai sebuah elemen teaterikal yang kuat (didukung dengan adanya penari, kostum musisi yang cosmis, tata lampu dan sebagainya). Sebagai sebuah pengalaman musikal yang mungkin dapat berguna untuk menjelaskan fenomena aplikasi free jazz ke dalam big band serta berbagai aspek non musikalnya (secara sosial dan ekonominya).

Anggota lain “avant garde” jazz (sebuah arena yang beranekaragam, untuk dipastikannya) yang telah menulis untuk big band hasilnya akan bercampur baur. Apapun keahliannya apakah sebagai intrumentalist, komposer, pemikir konseptual dan para musisi yang terlibat mulai mempelajari secara khusus mengenai orkestrasi dan penulisan, serta beberapa mempunyai latar pendidikan mendalami musik klasik modern.

Ada banyak kelompok free jazz big band lain yang pernah ada maupun yang masih aktif, antara lain Jazz Composer Orchestra, Instant Composer Pool Orchestra dll. Sedangkan tradisi big band free jazz di Eropa lebih bergema dengan kelompok London Jazz Composer Orchestra, Globe Unity Orchestra, Willem Breuker Kolektif dan Berlin Contemporary Jazz Orchestra.

Selain itu ada juga komposer komposer yang terlibat di dalam menggarap big band free jazz; Muhal Richard Abrams, Anthony Braxton, Carla Bley, Michael Mantler, Karl Berger, Leo Smith, Kenny Wheeler, Roscoe Mitchell dan dari Eropa sendiri Misha Mengelberg, Peter Brotzmann, Alex Van Schlippenbach, Mike Westbrook dan masih banyak lagi.

Ketika memasuki dekade 1970an, sedang menjadi semangat musik jazz pada waktu itu adalah adanya percumbuan antara musik jazz dan musik rock. Muncul istilah Rock Big Band, untuk menyederhanakan akan aplikasi sebuah

ensemble dengan memainkan beberapa elemen yang khas musik rock. Ada beberapa kelompok yang sering dikaitkan dengan istilah tersebut seperti Bob Moses, Jaco Patorious Big Band, Blood Sweat & Tears, Chicago, Dream, Loose Tubes dan The Flock, meskipun penggunaan kata “big” sebenarnya harus diletakkan di dalam tanda petik. Karena masih relatif sedikit jika dibandingkan dengan big band jazz konvensional. Pada tahun 1975 dibentuk The United Jazz + Rock Ensemble yang dimotori oleh pemain piano Wolfgang Dauner dengan melibatkan banyak musisi rock dan jazz bergabung menjadi satu kelompok. Sedangkan dalam arah yang lain, eksperimentasi Frank Zappa banyak dipuji kritikus musik dengan membuat repertoar yang benar-benar musik rock namun diperlakukan dengan kompleksitas gaya big band jazz.

Yang menarik dari kenyataan adalah musik big band bukan cara yang tepat untuk dapat penghidupan darinya. Sejumlah musisi sejak dekade 1950an yang telah bergabung dengan big band semata-mata dengan alasan yang sederhana saja, barangkali untuk sekedar dapat bermain dalam kontek big band. Sebagian kritisi jazz memandang mereka sebagai kelompok part-timer dan bahkan ada penilaian yang tidak adil terhadap kelompok semacam itu dengan sebutan sebagai kelompok latihan (rehearsal band) saja, yang justru tidak jarang memberikan kontribusi yang tidak sedikit terhadap perkembangan big band..

Banyak part-timer big band yang lainnya namun dalam standar kualitas yang tinggi mulai bermekaran di beberapa bagian di dunia ini. Di Boston, ada Herb Pameroy. Di Los Angeles terdapat lebih banyak lagi seperti big band yang dipimpin oleh Terry Gibbs, Gerald Wilson, McCoy Tyner, Don Ellis, Toshiko Akiyoshi, Clare Fisher, Bob Florance, Bill Berry, Frankie Capp, Nat Pierce dan Bill Holman. Di Inggris ada The Loose Tube, John Dankworth, Barry Guy, Neil Ardley, Mike Westbrook dan Graham Collier yang semuanya memimpin big band. Di Austria ada Mathias Ruegg. Kenny Clarke – Fancy Boland yang bermarkas di Jerman dan Rob McConnell memimpin big band di Toronto. Bahkan di Indonesia pernah juga dibentuk big band semacam ini, antara lain Matra Jazz Big Band, ISI Big Band, maupun BPD Jateng Big Band.

New York juga mempunyai peran dalam khasanah big band, seperti adanya big band yang dipimpin oleh Gerry Mulligans, Duke Pearson, Clarke Terry, Howard McGhee, Gil Evans dan mungkin yang besar dan sangat berpengaruh adalah Thad Jones dan Mel Lewis Orchestra. Kenyataannya, juga masih banyak musisi jazz yang lebih mengkonsentrasikan dirinya terhadap big band, seperti Bob Belden, Maria Schneider, Peter Apvelbaum, Pierre Dorge dan masih banyak lagi kalau dihitung satu persatu. Sampai sekarang, sepertinya tidak ada lagi yang akan menolak berbagai kepentingan untuk musik jazz. Hal ini ditunjukan ada spesifikasi / kreteria atau arah estetik tertentu yang dijajaki oleh berbagai macam perusahaan rekaman maupun semacam lembaga yang menanganinya.

Dan di dekade 1990an dilanjutkan dengan berdirinya American Jazz Orchestra, The Lincoln Center Jazz Orchestra (dipimpin oleh Wynton Marsalis), The Carnegie Hall Orchestra (Jon Faddis) dan The Smithsonian Jazz Masterwork Orchestra, ditambah The Loren Schoenberg – Walt Levinsky Band.

Semuanya dalam berbagai cara lebih mengkonsentrasikan akan gaya dan karya tradisional namun dengan pandangan yang lebih modern.

Ada cara lain juga dalam mempertahankan tradisi big band, yaitu dengan adanya subsidi. Hal ini lebih banyak dilakukan di Eropa daripada di Amerika Serikat. Misalnya The WDR Big Band di Cologne, The Dannish Radio Orchestra di Denmark, The UMO Big Band di Finlandia, The Swedish Radio Jazz Orchestra di Swedia adalah beberapa ensemble yang didukung badan broadcasting di sana. Pendekatan yang hampir sama dengan apa yang dilakukan di Amerika adalah melalui acara-acara talk show maupun hiburan di televisi. Meskipun acara-acara seperti itu sifatnya sangat fleksibel, sementara dan tentunya juga sesuai dengan kepentingan komersil stasiun televisi masing-masing.

Memang tidak tepat jika membandingkan kondisi tersebut dengan Eropa. Banyak hal yang berbeda, misalnya dalam kebijaksanaan mengenai masalah pajak. Biasanya sebagian perolehan pajak itu hanya untuk mendukung kelompok-kelompok big band yang berafiliasi dengan angkatan bersenjata Amerika Serikat saja.

Jadi bagaimanakah big band di dalam awal abad ke-21 ini. Barangkali jawabannya bisa jadi merupakan kesempatan terbaiknya atau malahan big band semakin terpuruk saja. Namun dari kondisi kenyataan yang ada, jika ada orang menyatakan bahwa tradisi big band sekarang ini telah mati pasti akan ditertawakan oleh para penikmat musik jazz sejati. Semakin luasnyawilayah garapan big band pada akhir-akhir ini terjadi dengan munculnya beberapa kelompok baru seperti David Murray Big Band, Either Orchestra, Mingus Dynasty, Peter Apvelbaum & Hieroglyph Orchestra, Vienna Art Orchestra, Pierre Dorge’s New Jungle Orchestra, Masaoka Orchestra, Satoko Fuji Orchestra dan lain-lain. Perkembangan big band akan semakin mendunia dan tidak saja didominasi musisi dari Amerika Serikat dan Eropa saja.

Kita lihat Jon Jang dengan kelompoknya Afro Asian Ensemble Orchestra maupun dengan kelompoknya Chuco Valdes dengan membawakan suara-suara big band latin.

Dan yang tidak kurang pentingnya adalah perkembangan big band “underground” yaitu penampilan kelompok-kelompok big band yang bermuculan di berbagai sekolah maupun universitas.

Peninggalan jazz orkestra adalah sebuah kekayaan musik jazz yang hampir berumur satu abad dan masih banyak membawa berbagai kemungkinan yang dapat dikembangkannya. Beberapa rintangan prisipil seperti ketidak-profesionalannya managemen pengelolaan kelompok big band lambat laun sudah mulai teratasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...